Eksistensi dan Resistensi Tradisi Mendoangan di Desa Parangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Abstract
This study aims to determine the mandoangan process in the village of Warian, the values ​​contained in the mandoangan tradition and the existence of a tradition of 40 days of death (mandoangan) in the village of Perangian, Baraka District, Enrekang Regency. This study uses a qualitative approach. Data is collected through interviews, direct observation and documentation. The data obtained is organized into categories and collected into units and choosing which ones are important and conclusions are made. The results showed that: (1) the mandoangan tradition was carried out when there were dead people to pray for the deceased, massubak litak, mangbala batu, bongi horn, karuen bala batu, mandoangan, and also providing siri leaves, lime, areca nut, banana leaves, water white, incense, sugar cane, and barasanji which have been inherited from generation to generation in the Peragian Village community; (2) The values ​​contained in the madoangan tradition in particular such as spiritual and religious values, while the general values ​​such as the value of solidarity or the value of mutual cooperation; (3) The existence of a tradition of 40 days of death (madoangan) is attributed to the existence of a consistent attitude in the Warian village community. In addition, hereditary cultural inheritance is one aspect that has kept this tradition until now.
References
Anto, M ,1985, Pengertian Makna Ritual Budaya, Bogor: Ghalia Indonesia.
Abed, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Agus Sriyanto, Suwito. Arif Hidayat. 2002. Tradisi Dalam Ritual Kematian. Surabaya: University Press
Amin Dadori . 2002. Islam Dan Budaya Jawa. Yogyakarta: Gama Media.
Ahmad, Zakaria, 1984, Upacara Tradisional(Upacara Kematia Di Daerah Istimewa Aceh). Jakarta: Depdipbud.
Anta, guawan,1993, Upacara Tradisional kematian Sulawesi-selatan.Departemen pedidikan dan kebudayaan
Bratawidjaja, Thomas wijaya.1998, upacara tradisional masyarakat jawa, Jakarta: pustaka sinar harapan
Basrowi, Dr, 2014, Pengantar Sosiologi, Bogor : Ghalia Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pt Gremedia Pustaka Utama.
Ahmadin, 2013, Metode Penelitian Sosial, Makassar: Rahyan Intermedia
Hartono Dan Arnicun Aziz .1993. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
I.B.Mantra,1978, Adat istiadat, Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan
Jumiati, makna simbolik tradisi To Ma’ Badong dalam upacara rambu solo di kabpate tanah toraja
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa Jakarta: Balai Pustaka.
..........................., 1980, Sejarah Antropologi, Jakarta: Unuversitas Indonesia
............................, 2005, Pengantar Antropologi I, Jakarta : PT. Rineka Cipta
Kusumah Dkk, Upacara tradisional (upacara mattampung), departemen pendikan kebudayaan
M. Elly . Setadi Dan Usman Kolip.2011. Pengantara Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ulinareswat, 2013, Upacara Kematian Dalam Tradisi Jawa. Jakarta: depertemen pendidikan dan kebudayaan.
Panjaitan Ostina. 1992. Manusia Sebagai Eksistensi. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Rahnitra, 1978, Adat istiadat daerah jawa tegah, Depertemen Pendidikan dan kebudayaan
Said, muhazzab. Revitalitas tradisi massolo pada upacara kematian di desa Beabunta (dalam persektif dakwah) Insitut agama islam negeri palopo (IAIN)



